Dengan bobotnya kini, orang tuanyapun kesulitan untuk menggendong Kenzie.
“Namanya anak kita makin hari makin besar gitu, ditimbang naik, ditimbang naik terus. Pas begitu saya berhenti dulu ke posyandu. Udah mikirin berat, saya nggak sanggup gendong,” lanjutnya.
Sejak lahir, Kenzie tidak diberikan ASI karena ibunya terkena batu empedu. Kondisi tersebut membuat ASI-nya tidak mau keluar.
“(Diberi) air putih. Kalau sehabis makan baru minum susu,” ungkap Pitriah.
Setelah memasuki umur 6 bulan, Kenzie diberikan makanan berupa bubur MPASI dan bubur fortifikasi yang banyak dijual untuk anak.
“Beli, yang bubur beli. Kan ada rasanya kayak brokoli, wortel, campuran gitu,” ujar Pitriah.
Pitriah sebagai ibu rumah tangga mengaku mengalami kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuknya dan anak-anaknya. Suaminya juga hanya buruh empang yang penghasilannya tidak menentu, rata-rata Rp 50 ribu perhari.
Seperti banyak orang tua yang lainnya, Pitriah dan suami ingin semua anaknya, termasuk si putra bungsu Kenzie layaknya anak normal di seumurannya. Dia berharap ada bantuan untuk keluarganya yang terutama untuk Kenzie agar bisa segera mendapat perawatan dan pengobatan untuk memulihkan kondisi tubuhnya.
“Kalau ada yang bisa bantu, bantu tukar susunya gitu. Dibantu buat pengobatannya,” ujar Pitriah.